Hadiah
Nobel Fisika 2012
Para
“ Penangkap”
Kucing
Schrodinger
DAVID J WINELAND
• Lahir : Milwaukee,
Wisconsin, 24 Februari 1944
• Pendidikan :Meraih
gelar PhD tahun 1970 dari Universitas Harvard, Cambridge, Massachusetts, AS.
• Pekerjaan :Sekarang menjabat ketua Kelompok
di National Institute of Standards and Technology ( NIST ) dan Universitas
Colorado di Boulder, Colorado, AS
• Lahir : Casablanca, Maroko, 11 September
1944
• Pendidikan : Meraih gelar PhD tahun 1971
dari Universite Pierre et Marie Curie,
Paris, Perancis
• Pekerjaan : Saat ini menjabat sebagai
Profesor di College de France and Ecole Normale Siperieure, Paris, Perancis
Hadiah Nobel Fisika tahun ini dianugerahkan
kepada Serge Haroche ( 68 ) dari Perancis dan David Wineland ( 68 ) dari
Amerika Serikat. Dua ilmuwan itu layak menerima
Hadiah Nobel atas kerja keras mereka dalam menemukan metode eksperimen
untuk mengamati dan mengontrol partikel kuantum.
OLEH DAHONO FITRIANTO
Haroche mengaku sedang berjalan-jalan bersama
isterinya di sebuah ruas jalan di Paris, Perancis, Selasa ( 9/10 ), saat
telepon selulernya berdering, Saat ia melihat nomor penelpon, terlihat nomor
kode Negara Swedia, Negara asal Hadiah Nobel, di depan sederet angka.
“
waktu itu saya sedang berjalan di dekat bangku di pinggir jalan, jadi bisa
langsung duduk ”, ujar Haroche kepada para wartawan Swedia melalui telepon.
Begitu namanya resmi disebut sebagai
pemenang Hadiah Nobel Fisika tahun ini, dia langsung menelpon anak-anak dan para
kolega penelitinya.
Dalam
pernyataan resmi, dewan juri dari Akademi ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia (
RSAS ) menyebut Haroche dan Wineland telah mempelopori metode eksperimen optic
untuk “ mengukur dan memanipulasi system kuantum tunggal ”.
“
Para pemenang hadiah Nobel tersebut telah membuka pintu ke era baru
eksperimentasi dibidang fisika kuantum dengan memperagakan pengamatan langsung
terhadap partikel-partikel kuantum tunggal tanpa merusak mereka” ungkap RSAS.
Secara
sederhana, hasil kerja Haroche dan wineland itu dapat dikatakan telah membawa
dunia fisika kuantum yang serba misterius dan tak kasat mata ke dunia “nyata”
sehari-hari, temapat segalanya bisa “ diihat dan disentuh”.
Seperti kita ketahui selama ini, fisika
kuantum adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari perilaku partikel partikel
dasar penyusun alam semesta pada skala yang lebih kecil dari ukuran atom. Di
ranah itu, partikel-partikel tersebut, berperilaku tak lazim karena hukum
fisika klasik yang kita kenal di kehidupan sehari hari tak berlaku lagi.
Sebagai
gantinya, berlaku hukum-hukum fisika kuantum yang hanya bisa dijabarkan dalam
bentuk berbagai persamaan matematika tingkat lanjut. Inilah dunia probabilitas,
tempat berbagai paradox terjadi.
Eksperimen Khayalan
Materi
kuantum ini digambarkan dalam kisah “ Kucing Scrodinger” yang legendaris itu.
Erwin Scrodinger ( 1887-1961 , salah satu Bapak fisika kuantum, pertama kali
mengisahkan soal kucing itu sebagai upaya “ eksperimen khayalan” untuk
menjelaskan dunia kuantum yang absurd.
Dalam
“eksperimen” itu,
seekor kucing diletakkan disebuah kotak tertutup bersama sebuah botol
berisi racun sianida. Racun sianida itu akan terlepas dan membunuh kucing
tersebut apabila terkena tembakan partikel dari sebuah unsur radioaktif yang
sedang meluruh.
Peluruhan
radioaktif itu diatur oleh hukum fisika kuantum yang hanya berisi probabilitas
antara meluruh dan tidak meluruh atau disebut dengan kondisi “superposisi”.
Dengan sendirinya, kucing itupun dalam kondisi superposisi, yakni mengalami
keadaan hidup dan mati dalam waktu yang bersamaan.
Masalahnya,
keadaan superposisi ini sangat sensitive terhadap lingkungan luar sehingga
setiap usaha mengamati atau mengukur dengan pasti kondisi kucing tersebut akan
merusak keadaan kuantumnya. Dengan demikian, saat ada orang yang membuka paksa
kotak itu, dia hanya akan menemukan salah satu dari dua kemungkinan kondisi
kucing hidup atau mati.
Itulah
kesulitan yang dihadapi penggelut fisika kuantum. Selama puluhan tahun sejak
ilmu ini ditemukan, teori-teori fisika kuantum telah terbukti benar dalam
memprediksi berbagai gejala yang ditimbulkan dan bisa diamati dalam tingkat
makro.
Namun,
mengamati partikel kuantum tunggal, apalagi kemudian mengendalikan perilakunya,
adalah sesuatu yang selama ini dianggap mustahil. “ Partikel-partikel itu tidak
mudah diisolasi dari lingkungan di sekitarnya dan mereka akan kehilangan
berbagai property kuantum yang misterius begitu mereka berinteraksi dengan
dunia luar”. Ungkap panitia Hadiah Nobel 2012.
Mengisolasi Partikel
Haroche
dan Wineland secara terpisah menemukan metode untuk mengisolasi
partikel-partikel, yang memungkinkan seseorang mengamati, menghitung dan bahkan
memanipulasi partikrl-partikel terssebut. Mereka telah berhasil “menangkap”
Kucing Schrodinger tanpa merusak kondisi kuantumnya!
Metode
mereka agak berbeda. Wineland menggunakan tembakan foton sinar laser untuk
memperlambat dan mengendalikan atom-atom bermuatan listrik atau ion. Sementara Haroche sebaliknya, ia
mengendalikan dan mengukur foton-foton alias partikel cahaya yang dijebak
diantara dua cermin khusus dengan menembakan atom-atom.
Penemuan
mereka diyakini akan memungkinkan pembuatan sebuah computer kuantum, yakni
computer berkecepatan sangat tinggi yang bekerja berdasarkan mekanisme fisika
kuantum. Komputer yang kita pakai dewasa
ini masih menggunakan kode biner,tempat data disimpan dalam bit yang bernilai 1
atau 0.
Dalam
computer kuantum, satu hit kuantum ( quantum bit atau qubit ) berada pada
kondisi superposisi, yang artinya bisa bernilai 1 dan 0 pada saat bersamaan.
Hal itu memungkinkan peningkatan dramatis pada kemampuan memproses dan
menyimpan data.
Metode yang ditemukan dua orang itu
juga memungkinkan pembuatan jam yang 100 kali lebih akurat mengukur waktu
daripada jam-jam sesium yang menjadi patokan saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar